AQIDAH AKHLAK

“IMAN KEPADA ALLAH, SIFAT-SIFATNYA, ASMAUL HUSNA”



 

DISUSUN OLEH :

MONIKA EKA PUTRI (2130106034)

KELOMPOK : 2

 

 

DOSEN PENGAMPU:

Dr. H. ARPINUS, M.Ag

 

 

JURUSAN TADRIS BIOLOGI-B’21

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR-SUMATERA BARAT

1443 H/2021  M


 

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Iman Kepada Allah, Sifat-sifatnya, Asmaul Husna.

            Makalah tentang Iman Kepada Allah, Sifat-sifatnya, Asmaul Husna ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

            Telepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

            Akhir kata saya berharap semoga Makalah Iman Kepada Allah, Sifat-sifatnya, Asmaul Husna ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

 

Batusangkar, 13 Maret 2022



Penulis           

           



           

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang....................................................................... 1

B.    Rumusan Masalah.................................................................. 2

C.    Tujuan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.      Makna Iman Kepada Allah....................................................................... 3

B.      Sifat-sifat Wajib Allah yang Nafsiyah,

Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah........................................................... 4

C.     Bukti atau Dalil Naqli dan Aqli dari Sifat-sifat Allah yang

Nafisyah, Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah.......................................... 5

D.     Sifat-sifat Mustahil dan Jaiz Bagi Allah Swt............................................ 13

E.     Ciri-ciri atau Perilaku orang Beriman kepada Sifat-sifat

Wajib, Mustahil dan Jaiz Allah dalam Kehidupan Sehari-hari............. 16

F.    10 Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi,

ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)......................................... 19

G.   Bukti Kebenaran Tanda-tanda Kebesaran Allah melalui Pemahaman

terhadap Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)..................................................................... 25

H.   Perilaku Orang yang Mengamalkan Asmaul Husna (al azis, al ghaffar,

al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)....... 26

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan.................................................................................................. 27

B.    Saran............................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 29


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segalakelebihan dan kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa Dia? Sudah tentu “Sang Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan dalam hati, mengakuidan membenarkan tentang adanya Allah SWT.Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dansegala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWThanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidaksama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki olehAllah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki ataumenandingi sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya,maksudnya perbuatan-perbuatan Allah tidak terhingga banyaknya, tetapihanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWTyang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.

B.   Rumusan Masalah

1.     Jelaskan makna Iman kepada Allah?

2.     Indentifikasilah sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah dan ma’ani dan ma’nawiyah?

3.     Tunjukkan bukti atau dalil naqli dan aqli dari sifat-sifat Allah yang nafisyah, salbiyah ma’ani dan Ma’nawiyah?

4.     Uraikan sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah Swt?

5.     Tunjukkan ciri-ciri atau perilaku orang beriman kepada sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah dalam kehidupan sehari-hari?

6.     Tunjukkan 10 Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)?

7.     Tunjukkan bukti kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui pemahaman terhadap Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)?

8.     Tunjukkan perilaku orang yang mengamalkan Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)?

 

C.  Tujuan

1.     Menjelaskan makna Iman kepada Allah

2.     Mampu mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsuyah, salbiyah ma’ani dan ma’nawiyah

3.     Menunjukkan bukti atau dalil naqli dan aqli dari sifat-sifat Allah yang nafisyah, salbiyah ma’ani dan Ma,nawiyah

4.     Menguraikan sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah Swt

5.     Menunjukkan ciri-ciri atau perilaku orang beriman kepada sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah dalam kehidupan sehari-hari

6.     Menunjukkan 10 Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)

7.     Menunjukkan bukti kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui pemahaman terhadap Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)

8.     Menunjukkan perikilaku orang yang mengamalkan Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Makna Iman Kepada Allah

Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, serta amal hati. Artinya pengakuan yang di (ucapkan) dalam hati dan lisan serta bersedia melakukan yang dibenarkannya melalui amal hati. Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah   bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailaa ha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu termasuk satu cabang dari iman. (HR. Muslim). Sehingga dapat disimpulkan iman merupakan Suatu yang tersembunyi dalam jiwa/ pengakuan dalam lubuk hati. Sebagaimana kita ketahui dalam agama Islam memiliki 6 Rukun Iman yakni beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepadaqadla dan qadar (ketentuan).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa iman kepada Allah adalah “meyakini mempercayai membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada sebagai tuhan yang Maha Esa dengan segala sifat kesempurnaannya, mengucapkan mengikrarkan adanya Allah secara lisan dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan oleh hati dan diucapkan oleh lisan sebagai keimanan seseorang, dibuktikan dengan perbuatan amal soleh”.

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa sesungguh banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi mereka menyembah Malaikat, menyembah para Nabi, menyembah orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Iman kepada Allah mengandung 4 karakter:

a.  Beriman dengan adanya Allah

b. Beriman dan percaya bahwa Allah adalah Rabb satu-satunya, tidak ada sekutu bagiNya. Rabb adalah yang memiliki ciptaan, kerajaan, dan perkara. Maka, tiada yang menciptakan kecuali Allah , tiada yang menjadi raja selain Allah, dan semua perkara adalah milik-Nya. Makhluk adalah makhluk-Nya, kerajaan adalah kerajaan-Nya, dan perkara adalah perkara-Nya. Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Mengasihi apabila diminta kasih sayang-Nya, mengampuni apabila diminta ampunan-Nya, memberi apabila diminta, dan mengabulkan bila dimohon. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur.

c.  Beriman kepada uluhiyah Allah. Uluhiyah artinya mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba atau mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya.

d. Beriman kepada Asma dan Sifat Allah Mengakuinya, menyembah kepada Allah dengannya, dan mengamalkan tuntutannya dan keagungan Allah  mengisi hati semua hamba dengan rasa takut dan pengagungan terhadap-Nya. Mengenal sifat kemuliaan, kemampuan, kekuasaan mengisi hati dengan sifat hina, tunduk, dan merendahkan diri di hadapan Rabb-nya.  Mengenal sifat-sifat kasih sayang, kebaikan, kemurahan, dan pemberi mengisi hati dangan rasa ingin dan berharap pada karunia, kebaikan, dan kemurahan Allah. Gabungan semua sifat ini mengharuskan bagi sifat mahabbah (cinta), rindu, tenang, tawakkal, dan mendekatkan diri kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya

 

B.    Sifat-sifat Wajib Allah yang Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Allah SWT. Oleh karena itu, Dzat Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Maka sifat-sifat yang dimilikinya pun tentu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk yang diciptakan-Nya. Sifat-sifat wajib yang ada pada Allah tidak terhitung jumlahnya, tetapi yang wajib kita ketahui ada 20 sifat, yang terbagi dalam 4 bagian yaitu :

1. Sifat Nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat nafsiyah hanya ada satu yaitu wujud.

2. Sifat salbiyah yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang menunjukkan keberadaan dan kesempurnaan-Nya. Sifat salbiyah ada 5 yaitu Qidam, Baqa', Mukhalafatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah.

3. Sifat Ma'ani yaitu sifat-sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia serta dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan panca indera. Sifat ma'ani ada 7 yaitu Qudrat , Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, Kalam.

4. Sifat Ma'nawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma"ani. Sifat ma'nawiyah ada 7 yaitu Qadiran , Muridan, 'Aliman , Hayyan, Sami'an , Bashiran dan Mutakalliman.

C.   Menunjukkan Bukti atau Dalil Naqli dan Aqli dari Sifat-sifat Wajib Allah yang Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah

1. Sifat Nafsiyah Sifat nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat nafsiyah hanya ada satu yaitu wujud.

a. Wujud Allah bersifat wujud yang berarti ada. Maksudnya bahwa adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan, tetapi ada dengan sendirinya. Suatu hal yang tidak masuk akal, jika Allah itu tidak ada. Akal yang sehat pasti menerima bahwa alam raya ini ada penciptnya, yakni Allah. Jadi wujud Allah itu wajib. Allah SWT berfirman :

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْاَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاۤءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيْهَاۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ

Artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Hadid : 4)

2. Sifat Salbiyah Sifat salbiyah yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang menunjukkan keberadaan dan kesempurnaan-NYa. Sifat Salbiyah ada 5 yaitu

a. Qidam artinya dahulu, maksudnya bahwa Allah itu terdahulu dan tidak didahului sesuatu (tidak ada permulaan-Nya). Jika Allah ada permulaan-Nya, berarti ada yang menciptakan-NYa. Jika Allah ada yang menciptakan,berarti Allah itu huduts (baru), sama dengan makhluk lainnya. Setiap yang baru atau ada permulaan selalu didahului dengan tidak ada. Untuk menjadi ada pasti ada yang menciptakan. Jika Allah ada yang menciptakan. Mustahil Allah bersifat baru. Begitu juga setiap yang baru atau ada permulannya pasti ada akhirnya. Jika Allah baru pasti Allah berakhir. Hal ini tidak mungkin. Firman Allah :

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

 

Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs. Al-Hadid :3)

b. Baqa' Allah SWT bersifat baqa' artinya kekal. Sudah menjadi sunnatullah atau hukum Allah,bahwa setiap makhluk berproses menuju kepada kehancuran atau kebinasaan. Begitu juga manusia, dari janin dalam kandungan, dilahirkan,menjadi bayi, anak-anak, remaja ,dewasa, tua dan pada waktunya akan meninggal dunia. Semua makhluk berubah-ubah, berproses menuju kepada kehancuran. Sedangkan Allah sebagai pencipta makhluk itu bersifat kekal, tidak berubah-ubah. Allah SWT berfirman :

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ

Artinya: “Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. (Al Qashash : 88)

c. Mukhalafatu lil Hawaditsi artinya berbeda dengan semua makhluk. Banyak sudah hasil karya telah diciptakan oleh manusia, mulai dari barang yang sederhana sampai kepada barang nyang rumit atau canggih. Semua hasil karya manusia tidak ada yang sama dengan pembuatnya yakni manusia. Dan akal sehat pun tentu meyakini bahwa tidak mungkin Allah Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk ciptaannya, baik Dzat maupun sifat-sifat-NYa. Firman Allah :

فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّمِنَ الْاَنْعَامِ اَزْوَاجًاۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: “(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”. (QS AsySyura : 11 )

d. Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri, maksudnya Allah SWT itu tidak membutuhkan bantuan apapun dan siapapun. Semua makhluk dalam melangsungkan kehidupannya tergantung kepada makhluk lain, termasuk manusia yang paling banyak ketergantungannya kepada makhluk lain. Mustahil Allah membutuhkan orang lain. Allah maha kaya. Meskipun Dia menciptakan berbagai jenis makhluk dan memberi nikmat kepadanya, tetapi Allah tidak pernah mengharapkanNya. Allah SWT berfirman :

وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: “Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.  (QS. Al Ankabuut : 6 )

e. Wahdaniyah artinya Maha Esa, mustahil Allah SWT bersifat ta'addud artinya berbilang. Tidak ada dua Tuhan. Sebab jika ada dua Tuhan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Jika Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lain berbeda pendapat, tentu akan terjadi malapetaka dahsyat di jagat raya ini. Allah SWT berfirman :

لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ

Artinya : “Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan. (QS. Al Anbiya' : 22 )

3. Sifat Ma'ani yaitu sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan panca indera. Sifat ma'ani ada 7 macam yaitu:

a. Qudrat artinya kuasa. Jagat raya ini yang terdiri dari berjuta-juta bintang dan planet yang selalu bergerak teratur tanpa terjadi tabrakan. Juga adanya manusia sejak Adam hingga sekarang, tidak ada dua orang manusiapun yang persis sama. Kesemuanya itu adalah merupakan bukti Allah itu Maha Kuasa. Wajib Allah bersifat kudrat (kuasa). Manusia saja dapat menguasai dan memanfaatkan alam untuk meningkatkan taraf hidupnya , apalagi Allah yang menciptakan manusia itu. Maka mustahil Allah bersifat lemah. Allah SWT berfirman :

وَاَوْرَثَكُمْ اَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ وَاَرْضًا لَّمْ تَطَـُٔوْهَا ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرًا ࣖ

Artinya: “Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu. (QS. Al Ahzab : 27)

b. Iradat ( Berkehendak ) Allah SWT bersifat Iradat artinya berkehendak. Allah bebas menentukan kehendak atau kemauanNya tanpa ada apa dan siapapun yang dapat memerintah atau melarangnya. Segala sesuatau yang diciptakan Allah atas kehendak-Nya, bukan karena terpaksa atau disengaja. Jika Allah menghendaki sesuatu cukup berfirman" kun jadilah " Allah SWT berfirman :

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Artinya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS. Yasin : 82)

c. Ilmu (mengetahui) Allah SWT bersifat ilmu artinya mengetahui. Allah SWT mengetahui segala sesuatunya baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang kecil maupun yang besar. Allah SWT mengetahui sagala sesuatu , baik yang telah, sedang maupun yang akan terjadi. Allah SWT mengetahui segala yang ada dalam hati, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan. Jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT . ilmu manusia tidak lebih dari setitik air di tengah samudra yang maha luas. Oleh karena itu Orang yang beriman harus senantiasa mencari ilmu dan mengembangkannya demi kebaikan umat manusia. Allah SWT berfirman :

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا مَعَكُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ مِنْكُمْۗ وَاُولُوا الْاَرْحَامِ بَعْضُهُمْ اَوْلٰى بِبَعْضٍ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman setelah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Anfaal : 75)

d. Hayat artinya hidup. Allah hidup dengan sendirinya,tidak ada yang menghidupkan. Allah SWT adalah Dzat yang hidup dan mustahil mati. Hidupnya Allah tidak sama dengan hidupnya manusia atau binatang. Allah hidup tidak memerlukan sesuatu. Ia hidup sebagaimana Ia ada tanpa didahului oleh tidak ada. Dan hidupnya Allah tanpa berkesudahan. Hidup Allah SWT sempurna dan kekal selama-lamanya,tidak menngantuk dan tidak tidur. Alam semesta ini pasti diciptakan oleh Dzat yang hidup. Sesuatu yang mati pasti tidak akan mampu menciptakan sesuatu. Allah SWT berfirman

وَعَنَتِ الْوُجُوْهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّوْمِۗ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا

Artinya: “Dan semua wajah tertunduk di hadapan (Allah) Yang Hidup dan Yang Berdiri Sendiri. Sungguh rugi orang yang melakukan kezaliman”. (QS. Thaahaa : 111)

Yang Maha Hidup maksudnya yang sempurna hidup-Nya. Nama ini mengandung seluruh sifat dzatiyyah Allah, seperti pengetahuan, keperkasaan, kekuasaan, kehendak, kebesaran, keagungan dan sifat-sifat yang lainnya. Allah-lah yang berdiri dengan sendiri-Nya, besar sifat-sifatNya dan mandiri dari seluruh makhluk-Nya.Bumi, langit daqn makhlukmakhluk yang ada di dalamnya berdiri karena-Nya. Dia-lah yang menciptakan mereka, menyediakan segala kebutuhan yang dapat menjamin kelangsungan hidup mereka, kepentingan mereka. Allah Maha Mandiri dari apapun, dan makhluk -lah yang membutuhkan Dia dari segi manapun.

e. Sama' artinya mendengar. Allah maha mendengar apa yang ada di langit dan di bumi. Pendengaran Allah tidak terbatas. Ia mendengar baik yang pelan maupun yang keras. Allah SWt berfirman :

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا ࣖ

Artinya : “Barangsiapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. An Nisaa' : 134)

f. Bashar artinya melihat. Penglihatan Allah mencakup seluruh hal yang terlihat di semua penjuru langit dan bumi. Allah SWT melihat segala sesuatu, baik yang telah ,sedang maupun yang akan terjadi. Penglihatan Allah SWT tidak dibatasi oleh alat dan waktu. Semua makhluk dan benda yang ada di alam ini tidak lepas dari penglihatan Allah SWT. Allah SWT dapat melihat semua yang hitam di padang pasir yang gersang,pada malam yang gelap gulita. Allah dapat melihat seluruh anggota badan, baik luar maupun dalam, aliran makanan bagian-bagian tubuhnya yang sangat kecil. Allah SWT dapat melihat aliran air di dalam ranting-ranting pohon,serta seluruh tumbuh-tumbuhan dengan berbagai ragam jenis, ukuran dan kehalusannya. Allah SWT dapat melihat tetesan keringat semut, lebah dan lalat, bahkan yang lebih kecil dari itu. Allah SWT melihat perkara-perkara yang ghaib maupun nyata, baik di depan mata maupun yang tidak di depan mata. Allah juga dapat malihat pengkhianatan mata,kedipan kelopak mata dan gerakan hati. Allah SWT berfirman:

الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ ۗ

Artinya: “yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al Buruuj : 9)

g. Kalam artinya berfirman atau berbicara. Firman Allah SWT berbeda dengan kata-kata makhluk yang diciptakannya. Allah berkomunikasi dengan hamba yang dikehendaki-Nya.Allah berkomunikasi dengan bahasa-Nya yang disebut kalamullah atau firman Allah. Firman-firman Allah SWT tersusun dengan rapi di dalam kitab suci yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya. Allah SWT berfirman :

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ

Artinya: “ Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul (la-in) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung. (QS. An Nisa' : 164)

4. Sifat Maknawiyah Sifat maknawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma'ani atau merupakan kelanjutan sifat-sifat ma'ani. Dengan kata lain adanya tujuh sifat ma'ani berarti ada tujuh sifat ma'nawiyah. Ketujuh sifat maknawiyah adalah sbagai berikut:

a. Qadiran berarti Maha Kuasa. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu . Allah SWT berfirman :

وَقَالُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ قَادِرٌ عَلٰٓى اَنْ يُّنَزِّلَ اٰيَةً وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Dan mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Al An'am : 37)

b. Muridan artinya maha berkehendak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat YangMaha berkehendak atas segala sesuatu. Allah SWT berfirman :

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Artinya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS. Yasin : 82)

c. Aliman berarti maha mengetahui. Pengetahuan Allah tidak terbatas dan mencakup atas segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Artinya: “Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.Al Mujadilah:7)

d. Hayyan berarti Maha Hidup.Allah SWT maha hidup dan hidupnya kekal selama-lamanya. Allah SWT berfirman :

لّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ

Arinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (QS Ali Imran :2)

e. Sami'an artinya maha mendengar, Allah SWT Maha Mendengar dan pendengaran-Nya tidak terbatas yakni mencakup segala sesuatu baik yang bersuara maupun tidak bersuara. Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Hidup, hidup selamanya dan tidak akan mati. Allah SWT berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا ࣖ

Artinya: “Barangsiapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. An Niaa' : 134 )

f. Bashiran artinya maha melihat. Allah SWT maha melihat baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat atas segala sesuatu. Allah SWT berfirman :

وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْۢ بَعْدِ نُوْحٍۗ وَكَفٰى بِرَبِّكَ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا

Artinya: “Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya. (QS. Al Isra' : 17)

g. Mutakalliman artinya Maha berkata-kata (Berbicara). Pembicaraan Allah tidak memerlukan suara dan bahasa tertentu, karena Allah SWT mengerti akan pembicaraan makhluknya. Allah SWT berfirman :

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ

Artinya: “Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung”. (QS. An Niaa' : 164)

D.  Sifat-sifat Mustahil dan Jaiz Bagi Allah Swt

1.      Sifat mustahil bagi Allah

Sifat mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada Allah dan apabila terdapat sifat tersebut maka akan melemahkan derajat Allah. Sifat-sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib Allah SWT, karena itu jumlahnya sama yaitu ada 20 sifat.

a. Sifat Mustahil Allah Nafsiyah.

1. Adam artinya tidak ada. Contoh di atas dapat membantu kamu untuk memahami, bahwa mustahil Allah SWT itu tidak ada. Begitu juga adanya alam semesta, pasti ada yang membuatnya. Mustahil alam semesta tibatiba terjadi dengan sendirinya, tanpa ada yang menciptakan? Akal sehat manusia pasti menerima bahwa alam semesta ini ada penciptanya, yaitu Allah Yang Maha Kuasa.Allah SWT berfirman :

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.

b. Sifat Mustahil Allah Salbiyah

1. Huduts artinya baru atau ada permulaan Setiap yang baru atau ada permulaan pasti didahului dengan tidak ada. Mustahil Allah SWT bersifat baru. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Hadid ayat 3 :

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid :3)

2. Fana artinya rusak Mustahil Allah SWT memiliki sifat ini, mana mungkin Allah yang mengendalikan alam semesta ini bersifat Fana' (rusak).

3. Mumatsalatuhu lil-hawadiai artinya menyerupai yang baru atau makhluk. Jika karya yang dihasilkan manusia tidak akan bisa sama dengan yang manusia yang membuatnya, maka tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu yang sama dengan-Nya.

4. htiyajuhu Lighairihi artinya membutuhkan sesuatu kepada selain dirinya. Mustahil Allah SWT membutuhkan yang lain. Allah kaya meskipun Dia menciptakan berbagai jenis makhluk Nya, Allah tidak mengharapkan imbalan.

5. Ta'addud artinya berbilang atau lebih dari satu. Mustahil Allah SWT lebih dari satu, sebab jika Allah ada dua atau lebih, pasti suatu saat terjadi perdebatan pendapat.

c. Sifat Mustahil Allah Ma'ani

1. Ajzun artinya lemah. Allah SWT mustahil bersifat lemah, karena Allah adalah Dzat yang memiliki sifat kudrat (berkuasa)terhadap sesuatu. Alam semesta tidak mungkin ada kalau Allah SWT bersirat Ajzun atau lemah.Firman Allah dalam Q.S. Al Fathir ayat 44.

اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ....

Artinya: “ Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al Fathir ayat 44)

2. Karahah artinya terpaksa. Allah mustahil bersifat terpaksa.Karena Allah bersifat Iradat atau berkehendak, jika Allah memiliki sifat terpaksa, maka tidak mungkin alam semesta ini tercipta. Sebab, alam semesta tercipta atas kehendak Allah SWT tanpa ada yang memaksa. Dalam Q.S. Al Buruj ayat 16 Allah berfirman:

فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُۗ

Artinya: “Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki. (Q.S. Al Buruj ayat 16)

3. Jahlun artinya bodoh. Allah SWT tidak mungkin bodoh, Dia adalah Tuhan Yang Maha Pintar/Mengetahui. Kalau kita perhatikan manusia yang merupakan ciptaan Allah ada yang sama jenis kelamin,usia, tinggi badan tetapi mereka sangat berbeda. Sepandai apa pun manusia tetap saja mempunyai keterbatasan. Allah yang memberikan ilmu kepada manusia, jadi tidak mungkin Allah SWT sendiri bodoh.

4. Mautun artinya mati. Sifat Allah ini adalah kebalikan dari sifat wajib Hayyan (hidup).Mustahil Allah bersifat mati, sebab mati menunjukkan kelemahan. Jika Allah lemah, pastilah alam semesta beserta isinya ini tidak ada. Siapa yang akan menciptakan, memelihara, menjaga, dan mengaturnya jika Allah SWT yang menciptakan mati.

5. Shamamun artinya tuli. Allah mustahil mempunyai sifat tuli karena Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Jika Allah tuli,tentu Dia tidak mendengar doa dan puji syukur makhlukNya. Dia tidak mendengar ucapan-ucapan yang keluar dari mulut orang-orang yang durhaka. Dengan demikian Allah menganggap sama orang-orang yang soleh dengan yang durhaka.PadahalAllah berjanji akan membalas amal sekecil apa pun.

6. Umyun artinya buta. Allah tidak mungkin bersifat buta. Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Manusia saja yang diciptakan oleh Allah diberi mata untuk melihat, apalagi Allah pasti Maha Melihat.

7. Bukmun artinya bisu. Seandainya Allah Bisu, bagaimana mungkin para nabi dapat menerima wahyu. Dari wahyu itu kemudian terhimpun kalamullah yang tertulis dalam kitabullah. Dengan adanya Al Qur'an yang berisi firman Allah, kita yakin bahwa mustahil Allah SWT bersifat bisu. Allah SWT berfirman :

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ

Artinya: “Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul (la-in) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung. (QS. An Nisa' : 164)

d. Sifat Mustahil Allah Ma'nawiyah.

1. Aajizan artinya Maha Lemah. Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat Qadiran, Allah tidak mungkin memiliki sifat adjizan karena Allah adalah Dzat Yang mempunyai sifat Maha Kuasa.

2. Mukrahan artinya Maha Terpaksa. Allah mustahil bersifat mukrohan karena Allah adalah Dzat Ynag Maha Berkehendak.

3. Jaahilan artinya Maha Bodoh. Allah mustahil bersifat jaahilan karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang diciptakanNya.

4. Mayyitan artinya Maha Mati. Mustahil Allah bersifat mati, karena Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Hidup dan menghidupi segalayang hidupdi bumi.

5. Ashammu artinya Maha Tuli. Allah tidak mungkin bersifat tuli karena Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar.

6. A'ma artinya Maha Buta. Mustahil Allah SWT buta, karena Allah melihat sesuatu baik yang kelihatan oleh manusia maupun yang tidak bisa dilihat oleh manusia.

7. Abkam artinya Maha Bisu. Allah SWT tidak mungkin bisu karena Allah mempunyai sifat berfirman.

            2. Sifat-sifat Jaiz Bagi Allah Swt

              Kata Jaiz menurut bahasa artinya boleh, yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah.Sifat jaiz tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan kehendaknya sendiri tanpa ada yang memaksa. Contoh:

a. Allah SWT menciptakan yang indah-indah atau yang buruk-buruk atau menciptakan salah satunya, atau tidak menciptakan sama sekali.

b. Allah member rizeki atau tidak member rizeki kepada manusia. Allah memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat bukan kewajiban Allah tetapi merupakan keadilan Nya.

c. Allah menciptakan alam semesta karena Allah menghendakinya. Allah boleh saja tidak menciptakan alam semesta ini jika Allah tidak menghendaki adanya alam ini. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya satu, yaitu:  "Memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya".

E.  Ciri-ciri atau Perilaku Orang Beriman kepada Sifat-sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Allah dalam Kehidupan Sehari-hari

1.     Ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat wajib Allah swt yang :

a.       Nafsiyah dan salbiyah :

1). Percaya dan yakin akan adanya Allah serta menjauhkan diri dari paham-paham yang anti tuhan ( meniadakan Tuhan)

2). Mempercayai bahwa Allah maha pencipta alam dan segala isinya adalah maha azali yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain diri Dia sendiri.

3). Meyakini bahwa segala sesuatu yang bernama makhluk pasti binasa, rusak, mati dan musnah kecuali dzat Allah yang kekal, tidak mengalami perubahan.

4). Percaya bahwa Allah swt sebagai maha pencipta pasti berbeda dengan semua makhluk yang diciptakannya.

 5). Senantiasa hidup bergantung pada kekuasaan dan kehendak Allah swt.

6). Tidak berbuat kemusyrikan (menyekutukan Allah dengan Tuhan yang lain)

b. Ma'ani dan ma'nawiyah :

1). Qudrat dan Qadiran Orang yang beriman bahwa Allah bersifat Qudrat (kuasa) dan Qadiran (maha kuasa) : tidak bersifat sombong dan membanggakan diri, senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan memuji hanya kepada Allah, karena Allah lah yang pantas untuk dipuji,sebab Dial ah yang maha kuasa dan maha sempurna.

2). Iradat dan Muridan Orang yang beriman bahwa Allah bersifat Iradat dan muridan :

a) Sabar dan ikhlas dalam menghadapi musibah /bencana (kematian,banjir dan lain-lain)      

b) Sabar dan ikhlas dalam menjalani semua ketentuan yang telah Allah gariakan.

c) Tidak takut menghadapi kematian.

d) Bertawakkal kepada Allah.

e) Tidak putus asa (pesimia) tetaoi selalu optimia.

f) Tidak suka keluh kesah.

3). Ilmu dan Aliman Orang yang beriman bahwa allah bersifat Ilmu dan Aliman :

a) Selalu berbuat baik dimanapun dan kapanpun ia berada

b) Selalu berkata jujur

c) Tidak mau berdusta

d) Takut untuk maksiyat

4. Hayat dan Hayyan Orang yang beriman bahwa allah bersifat Hayat dan Hayyan:

a) Selalu tekun beribadah

b) Berharap ( Raja') hanya kepada Allah sebab Allah tidak akan pernah mati dan tetap hidup selamanya

c) Tidak akan pernah takut menghadapi apapun

5. Sama' dan Sami'an Orang yang beriman bahwa Allah bersifat Sama' dan Sami'an:

a) Senantiasa menjaga ucapannya

b) Lemah lembut (ramah)

c) Tidak berteriak saat berdoa,Yakin setiap doanya didengar oleh Allah

 d) Tidak suka membicarakan orang lain sebab Allah maha mendengar

6. Bashar dan Bashiran Orang yang beriman bahwa Allah bersifat Bashar dan Bashiran :

a) Senantiasa menjauhi perbuatan maksiat

b) Berlaku adil

c) Tidak mau curang,meskipun tidak ada satupun manusia yang tahu,sebab Allah maha melihat

7. Kalam dan Mutakalliman Orang yang beriman bahwa Allah bersifat kalam dan mutakalliman :

a) Mentaati perintah Allah,melalui kalamnya (Alqur'an) dan menjauhi segala larangannya

 b) Percaya dan yakin bahwa Alqur'an merupakan firman Allah

c) Mentaati perintah rasulullah dan menjauhi larangannya karena semua yang dibawa

2.     Ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah swt :

a.     Berbuat segala sesuatu secara rasional

b.     Menjauhkan diri dari sifat berangan-angan (Thulul Amal)

c.     Percaya bahwa segalanya pasti rusak /mati kecuali Allah yang maha kekal

d.     Percaya bahwa Allah berbeda dengan makhluknya dan juga percaya bahwa tidak ada sesuatupun yang sama persis, segalanya punya perbedaan

e.     Beribadah hanya kepada allah semata sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan dimintai perlindungan

f.      Suka memberi dan tidak mengharap balas jasa

g.     Tidak berbuat syirik /menyekutukan Allah dengan yang lain

h.     Senantiasa jujur,amanah dan dapat dipercaya serta menjauhi sifat-sifat kemunafikan

i.      Senantiasa mengagungkan Allah, yang memiliki kemahasempurnaan

j.      Takut kepada Allah dengan berusaha untuk mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya.

k.     Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah

l.      Bersabar atas segala musibah dan kesusahan yang dialami, karena semua itu merupakan ujian dari Allah SWT

m.   Ikhlas dalam belajar, bekerja dan beramal

 

3. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Jaiz Allah swt :

a.     Ikhlas menerima segala ketentuan yang telah Allah gariskan

b.     Sabar atas segala musibah dan cobaan Allah

c.     Senantiasa bersyukur kepada Allah

d.     Optimis dalam menghadapi kehidupan

e.     Tidak pesimis dalam menghadapi setiap permasalahan

f.      Taat beribadah

g.     Patuh dan taat pada semua perintahNYa dan menjauhi segala larangan-Nya

h.     Menghargai dan menghormati orang lain,tidak membeda-bedakan suku, bangsa agama dan warna kulit, sebab mereka yakin dimata Allah, semua adalah sama dan yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa

i.      Tawakkal kepada Allah yaitu menyerahkan dan menyandarkan diri kepada Allah setelah berusaha serta berpegang teguh kepada-Nya setelah melakukan usaha (ikhtiar)

j.      Senantiasa mengharapkan ridla Allah ( Raja')

k.     Suka menolong

l.      Tidak suka menghina dan meremehkan orang lain, sebab bisa jadi mereka yang kita hina/kita remehkan suatu saat menjadi orang yang lebih baik dari kita

m.   Qana'ah (menerima apa adanya atas pemberian Allah.

 

F.  Menguraikan 10 Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)

1.     Al-Aziz : Yang Maha Perkasa

Salah satu sifat kesempurnaan Allah yang tergolong pada Asma’ul Husna adalah Al ‘Aziz (yang Maha Perkasa). Allah maha perkasa atas segala makhluk-Nya, segala yang dikehendaki Allah pasti terlaksana, tak satu pun makhluk yang dapat menghalangi-Nya. Mau tidak mau kita pasti berkembang menurut kehendak-Nya. Ketika baru lahir kita tidak berdaya, secara lambat manusia berkembang dari bayi menuju anak-anak, remaja, dewasa, dan akhirnya tua. Pada saat yang dikehendaki Allah, manusia pasti mati. Semua makhluk hidup tunduk pada sunatullah (hukum alam yang berjalan secara tetap dan otomatis) yang dicipta Allah swt. Tak satupun makhluk yang lolos atau meleset dari sunatullah.

Dialah yang Maha Perkasa, yang dapat mengalahkan siapapun termasuk memusnahkan alam semesta ini. Keperkasaaan Allah tidak terbatas dan terus menerus. Adapun keperkasaan makhluk sangat terbatas. Segagah apa pun manusia dalam waktunya ia akan mati.

Dalil Naqli: Q.S. Al-Ankabut: 42 dan Q.S. Al Jumu’ah: 142. “Sungguh, Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Dia. Dan Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

1. “apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah, Maha Raja, Ynag Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana”

Orang-orang mukmin tidak akan pernah merasa lemah, sehingga memerlukan perlindungan orang lain, sebaliknya mereka senantiasa akan merasa tangguh oleh karena keyakinan mereka selalu memperoleh kekuatan dan perlindungan dari Allah swt, yang memang menjadi pemilik ini semua.

Kekuatan itu hanyalah milik Allah swt, bagi Rasul-Nya serta bagi orang-orang mukmin. Allah swt merupakan sumber daripada segala kekuatan yang ada. Oleh karena itu, barangsiapa mencari sumber kekuatan di luar Allah swt, maka bagaimanapun juga akan datang saatnya ia akan binasa. Hanya yang kuat dan perkasa itulah yang mampu mendapatkan kemenangan dan Allah swt-lah yang menjadi pemilik-Nya. Dan tidak seorangpun tentunya yang dapat menyanggah bahwa Allah swt-lah yang akan menang.

Semua makhluk, diakuinya ataupun tidak, membutuhkan Allah swt, tetapi sebaliknya Allah swt sama sekali tidak membutuhkan makhluk yang diciptakan-Nya itu.

2.     Al-Ghaffar: Yang Maha Pengampun

Dialah yang memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang mau bertobat dan bersungguh-sungguh (taubatan nasuha). Maha  Suci Allah, Maha Pengampun. Karena siapa lagi yang akan mengampuni segala macam dosa, selain hanya Allah swt belaka. Dia pulalah yang mengembangkan tirai penutup bagi orang-orang yang telah melanggar perintah Allah swt. Mengampuni dosa-dosa, maka dosa yang besar sekalipun, kalau dikehendaki-Nya serta akan menutub aib manusia, betapapun juga banyaknya. Allah telah membuka pintu-pintu menuju ampunan-Nya dengan cara bertobat, mengucapkan istighfar, beriman, beramal sholeh, berbuat yang baik kepada para hamba Allah, memberi maaf kepada mereka, kekuatan harapan terhadap anugerah Allah, dan hal-hal lain yang dijadikan Allah sebagai perantara pendekatan pendekatan pada ampunan-Nya.

Dalil Naqli    : Q.S. Fatir: 30 dan Q.S. Taha: 82

30. “agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”

82. “dan sungguh Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk”

Berdasarkan sifat Allah ini, kita sebagai manusia juga sebaiknya dan sudah harusnya bersikap saling memaafkan apabila terjadi kesalahan maupun kekhilafan. Jika Allah swt Rabb seluruh alam saja mengampuni hamba-Nya yang berdosa sekalipun besar, maka manusia yang sama-sama masih terbelit khilaf dan lupa sudah seharusnya saling mengerti dan bisa berdamai dengan saling minta maaf dan ditimpali dengan saling memberi maaf.

3.  Al Baasith (Yang Melapangkan Rezeki)

Lafal Al Baasith adalah bentuk isim fa’il (pelaku) dari basatha-yabsuthu, yang berarti membentangkan, melapangkan, dan membuka lebar. Allah swt senantiasa membentangkan Rahmat-Nya unntuk menerima tobat hamba yang terlanjur berbuat dosa. Dia membentangkan rezeki yang dibutuhkan hamba-Nya. Dan pula mempersempit rezeki kepada hamba yang dikehendaki.

Dalil Naqlii: Q.S Al Ra’d: 26 dan Q.S Al Qasas: 82

26. “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki)…”

82. “…. Aduhai benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Sekiran). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya, tentu Dia telah membenamkan kita pula …”

Ayat di atas menjelaskan dua bukti Allah telah membentangkan rahmat dan menyempitkan atau membatasi rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.

Pertama: Allah membentangkan rezeki kepada Qarun sehingga menjadi oaring yang kaya raya di lingkungannya. Karena Qarun kufur nikmat dan bersikap congkak, Allah memberi siksaan kepadanya dengan membalikan tanah tempat tinggal dan seluruh kekayaannya.

Kedua: Allah membentangkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang semula mengagumi kekayaan Qarun. Rahmat yang Allah bentangkan kepada mereka berupa keselamatan (tidak ikit terbenam bersama Qarun)

4. An Naafi (Yang Memberi Manfaat)

Lafal An Naafi adalah bentuk isim fa’il (pelaku) dari lafal Nafa’a artinya bermanfaat. Allah swt mencipta segala sesuatu yang dikehendaki dan memeberi manfaat atas sesuatu buat siapa Dia kehendaki dari hamba-Nya. Dialah yang mampu memberi manfaat dan Dia pula yang mampu memberi madarat (kerugian) atas sesuatu.

Dalil Naqli: Q.S An Nahl: 5 dan Al Mu’minun: 21

5. “dan hewan ternak telah diciptaka-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangat dan manfaat dan sebagainya kamu makan.”

21. “dan sungguh pada hewan ternak teerdapat suatu pelajaran bagimu. Kami memeberi minum dsari (air susu) yang ada dalam perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya kamu makan.”

Kedua ayat di atas menjelaskan beberapa manfaat yang dapat dipeeroleh dari hewan ternak, baik bulunya, daginya, maupun air susunya. Manfaat yang lainnya adlah untuk dikendarai seperti kuda dan unta dan untuk angkutan seperti unta dan himar.

5.     Ar Raauf (Yang Maha Pengasih)

Allah swt adalah Dzat yang Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya.

Dalil Naqli: Q.S Al Baqarah : 143 dan Ali Imran: 30

143. “… dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”

30. “… dan Allah memperingatkan kamu dari siksa-Nya. Allah Maha penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.”

Ayat pertama menjelaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan iman hamba-Nya, sedangkan ayat kedua menjelaskan bahwa diperingatkannya manusia dari siksa Allah adalah salah satu wujud dari kasih saying-Nya kepada hamba.

6.     Al Barr (Yang Melimpahkan Kebaikan)

Asma’ul Husna yang menyerupai Ar Ra’uf ialah Al Barr (Yang Maha Melimpahkan Kebaikan). Karena Allah maha Pengasih, Dia juga Yang Melimpahkan Kebaikan.

Dalil Naqli: Q.S At Tur: 27-28

28. “Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka. Sesungguhnya kami menyembah-Nya ssejak dulu. Dialah Yang Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang.”

Firman di atas menjelaskan kisah yang bakal terjadi di jaitun na’im (Surga yang penuh nikmat) kelak. Di dalam jannah mereka dikelilingi anak-anak muda untuk melayani mereka. Mereka berhadap-hadapan dan saling bertegur sapa satu dengan yang lain dalam keadaan bahagia.

7.     Al-Fattah : Yang Maha Pembuka Pintu Rahmat

Dialah yang Maha Pembuka pintu rahmat dan mencurahkan-Nya kepada semua makhluk-Nya. Allah swt dalam kemurahan-Nya, membukakan untuk semua hamba-hamba-Nya rahasia alam dan kehidupan serta segala kunci ilmu pengetahuan kerajian dan keterampilan, sehingga manusia dapat berkreasi dan menciptakan. Allah juga telah membukakan dunia ini serta kekuasaan untuk para Nabi serta menyelamatkan mereka dari segala macam gangguan musuh yang merintangi. Betapapun juga Allah tidak menutup pintu rahmat-Nya bagi orang-orang yang mendurhakan agama-Nya serta tidak pula menutup pintu kenikmatan-Nya untuk orang-orang yang kufur kepada-Nya.

Dalil Naqli: Q.S. Saba: 26, dan Q.S Al A’raf: 89

26. Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.”

89. … ya Tuhan kami, berilah keputusan kepada kami dan kaum kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik”

Sesungguhnya rahmat hanyalah milik Allah, sedangkan manusia tidak memilikinya. Namun rahmat Allah tersebar di mana saja, termasuk melalui manusia lain. Kita bisa menyalurkan rahmat Allah dengan membuka jalan bagi orang lain untuk berusaha, berkreasi, dengan memberikan lapangan pekerjaan, kesempatan, atau apapun yang bisa kita lakukan.

8.     Al-Adl : Yang Maha Adil

Dialah zat yang berlaku adil di dalam hukum-Nya dan ketetapan-Nya. Al-Adl menunjukkan bahwa dia adalah Tuhn yang seadil-adilnya, tidak memihak kepada siapa pun dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada orang yang dirugikan sedikit pun, dan akan memperoleh balasan sesuai dengan pebuatan yang pernah dilakukan. Keadilan Allah akan Dia perlihatkan ketika di dunia dan juga di akhirat kelak. Allah swt. akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan ; sedangkan kejahatan tentulah akan diimbangi dengan kejahatan pula. Oleh karena itu, janganlah berlaku dzalim , dan senantiasa menjaga diri agar tidak didzalimi.

Manusia dalam kenyataanya sering tidak bisa berbuat adil dikarenakan memiliki perasaan baik berupa nafsu maupun hati, sehingga terlihat subjektif dalam berbagai hal. Kita bisa memulai melakukan sifat adil dengan cara membagi waktu yang ada; waktu untuk belajar, istirahat, beribadah, dan lain sebagainya. Kita juga harus beb]rbuat adil kepada orang lain, seperti hal dalam memnentukan salah maupun benar, memberi suatu pemberiyan dengan bijaksana, dan sebagainya.

Dalil Naqli: Q.S. An-Nahl : 90

90. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”     

9. Al-Qayyum: Yang Maha Berdiri Sendiri

Dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Qayyum, Allah ingin menegaskan bahwa Dia yang mengatur segala sesuatu yang menjadi kebutuhan makhluk-Nya secara sempurna  dan terus-menerus, tanpa memandang makhluk yang diurus-Nya itu berterima kasih atau tidak.  Dialah Allah yang menciptakan semua yang ada di bumi dan apa yang ada di langit tanpa minta bantuan orang lain. Contohnya, dalam penciptaan alam semesta beserta isinya, Allah menciptakannya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Dalam melakukan sesuatu atau jika berkehendak terjadi sesuatu, Allah cukup mengucap “kun” (jadilah). Segala sesuatu yang memerlukan bantuan menunjukan ketidak sempurnaan. Allah adalah Zat Yang Maha Pembari Pertolongan Dia-lah yang diperlukan oleh semua makhluk, termasuk manusia

Dalil Naqli: Q.S. Ali Imran

2. “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”

Dalam memahami sifat ini, kita sebagai manusia harus menjadi manusia yang tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan berbagai kesulitan. Tidak lekang karena panas, dan tidak lapuk karena hujan, karena manusia harus sadar bahwa dengan sendiriyan pun kita harus tetap berjuang, walau tanpa bantuan siapapun, dan walau tanpa dukungan dari manapun. Karena Allah swt selalu bersama kita sesungguhnya.

 

G.  Bukti Kebenaran Tanda-tanda Kebesaran Allah melalui Pemahaman terhadap Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, al baasith, an-naafi, ar rauf, al barr, al Fattah, al adl, al qayyuum)

Berikut ini nama dan arti Asmaul Husna yang disebutkan yaitu:

1)    Al Aziz (Yang Maha Perkasa) buktinya adalah Allah tidak akan pernah dikalahkan oleh sesuatu apapun.

2)    Al Ghaffaar (Yang Maha Pengampun) buktinya adalah disebutkan sebanyak apapun dosa yang diakukan seorang manusia maka ampunan Allah juga akan lebih besar dari dosa orang tersebut. Berbeda dengan manusia yang jika memberikan maaf atau ampun akan tidak memaafkan lagi jika orang yang kita maafkan mengulanginya terus.

3)    Al Baasith (Yang Maha Melapangkan) buktinya Allah melapangkan segala apapun urusan kita.

4)    An Nafii (Yang Maha Memberi Manfaat) buktinya adalah segala alam dan isinya Allah ciptakan dengan berbagai manfaat yang tidak sia-sia.

5)    Ar Ra`'uuf (Yang Maha Pengasih) buktinya Allah yang maha menganugerahkan rahmatnya kepada siapapun yang Dia kehendaki.

6)    Al Baari (Yang Maha Melepaskan) buktinya Allah yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan dengan segala sesuatu tersebut dengan ukuran masing-masing.

7)    Al Fattaah (Yang Maha Pembuka Rahmat) buktinya Dia membuka apa yang tertutup dan membuat segala sesuatu yang tidak jelas menjadi jelas. Dia memberi penghakiman yang terbaik dan memiliki kunci kejayaan dan kesuksesan.

8)    Al 'Adl (Yang Maha Adil) buktinya Allah bertindak adil, memberikan keadilan, mengadili tanpa memihak dan keadilan Allah bersifat mutlak tanpa dipengaruhi apapun.

9)    Al Qayyuum (Yang Maha Mandiri) buktinya Allah menciptakan dan mengurus alam semesta ini seorang diri tanpa ada bantuan sedikitpun dan dari siapapun.

 

 

H.  Menunjukkan Perilaku Orang yang Mengamalkan Asmaul Husna (al azis, al ghaffar, perilaku orang yg mengamalkan Asmaul Husna Al-aziz adalah:

Iman meliputi tiga unsur, yaitu ucapan, kemantapan hati, dan perbuatan. Orang yang beriman kepada Allah  harus dapat membuktikan keimanan tersebut dalam perilaku hidup sehari-hari. Adapun perilaku sebagai pengamalan 10 asma’ul huna di depan, antara lain sebagai berikut:

1)    Al Aziz: Tunduk dan patuh terhadap ketentuan Allah swt yang berlaku atas dirinya dan rela menerimanya dengan ketulusan hati, tidak menggerutu, dan tidak menyesali diri sendiri.

2)    Al Gaffar: Tidak putus asa atau murung karena suatu dosa yang terlanjur diperbuat, senantiasa bersikap tawadhu, dan memohon ampunan kepada-Nya.

3)    Al Fattah: Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku. Tidak memihak kepada orang yang dicintai (kalau memang dia salah) dalam memutuskan suatu perkara. Membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.

4)    Al Adl: Mencintai keadilan, ikut andil  dalam upaya menegakkan keadaan. Tidak membela orang yang salah untuk menentang yang salah.

5)    Al Qoyyum: mengakui kebesaran Allah swt sebagai pengatur alam semesta dengan sikap tawadhu kepada-Nya.

6)    Al Basit: Bersikap qonaah terhadap nasib dirinya, tidak mengangangkan anugrah Allah yang diberikan kepada orang lain. Senantiasa menyadari bahwa Allahlah yang mengatur rezeki manusia.

7)    An Naafi: Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu yang dinilai belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada kuasa dan Kehendak Allah swt.

8)    Ar Rauf: Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan cara memanfaatkan nikmat tersebut sesuai petunjuk Islam.

9)    Al Barr: Gemar mendermakan sebagian harta  yang dimiliki kepada kaum dhuafa (fakir, miskin, anak yatim, maupun janda), sebagaimana Allah dermawan terhadap hamba-Nya.

Al Haakim: Membiasakan diri berbuat ihsan, berlaku jujur terhadap siapa pun walaupun menyangkut kepentingan pribadi

 

 

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa iman kepada Allah adalah “meyakini mempercayai membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada sebagai tuhan yang Maha Esa dengan segala sifat kesempurnaannya, mengucapkan mengikrarkan adanya Allah secara lisan dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan oleh hati dan diucapkan oleh lisan sebagai keimanan seseorang, dibuktikan dengan perbuatan amal soleh”. Iman meliputi tiga unsur, yaitu ucapan, kemantapan hati, dan perbuatan. Orang yang beriman kepada Allah  harus dapat membuktikan keimanan tersebut dalam perilaku hidup sehari-hari. Adapun perilaku sebagai pengamalan 10 asma’ul huna di depan, antara lain sebagai berikut:

1.     Al Aziz: Tunduk dan patuh terhadap ketentuan Allah swt yang berlaku atas dirinya dan rela menerimanya dengan ketulusan hati, tidak menggerutu, dan tidak menyesali diri sendiri.

2.     Al Gaffar: Tidak putus asa atau murung karena suatu dosa yang terlanjur diperbuat, senantiasa bersikap tawadhu, dan memohon ampunan kepada-Nya.

3.     Al Fattah: Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku. Tidak memihak kepada orang yang dicintai (kalau memang dia salah) dalam memutuskan suatu perkara. Membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.

4.     Al Adl: Mencintai keadilan, ikut andil  dalam upaya menegakkan keadaan. Tidak membela orang yang salah untuk menentang yang salah.

5.     Al Qoyyum: mengakui kebesaran Allah swt sebagai pengatur alam semesta dengan sikap tawadhu kepada-Nya.

6.     Al Basit: Bersikap qonaah terhadap nasib dirinya, tidak mengangangkan anugrah Allah yang diberikan kepada orang lain. Senantiasa menyadari bahwa Allahlah yang mengatur rezeki manusia.

7.     An Naafi: Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu yang dinilai belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada kuasa dan Kehendak Allah swt.

8.     Ar Rauf: Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan cara memanfaatkan nikmat tersebut sesuai petunjuk Islam.

9.     Al Barr: Gemar mendermakan sebagian harta  yang dimiliki kepada kaum dhuafa (fakir, miskin, anak yatim, maupun janda), sebagaimana Allah dermawan terhadap hamba-Nya.

10.  Al Haakim: Membiasakan diri berbuat ihsan, berlaku jujur terhadap siapa pun walaupun menyangkut kepentingan pribadi

B.   Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan sebaik-baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah penulis mohon maaf dan jika ada kritik dan saran kami terima agar memperbaiki makalah ini dengan benar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abud, Abu al-Ghoniy. 1992. Aqidah Islam Versus Ideologi Modern, Terj. Kathur

Al-‘Aql, Nashir ibn Abdul Karim. 1997. Prinsip-Prinsip Aqidah. Jakarta : Gema Insani Press.

Al Arif, Ahmad Adib, 2009. Akidah Akhlak. Semarang: Aneka Ilmu.

An-Nabhani,Taqiyyuddin. 2003. Peraturan Hidup Dalam Islam. Bogor : Psutaka

Malik. 1984. Aqidah Pembahasan Mengenai Allah dan Sifatnya. Jakarta : Al-Hidayah.

Suhardi.Ponorogo Trimurti Press. Al Qaradhawi, Yusuf. 1996. Ikhlas Sumber Kekuatan Islam. Jakarta : Gema Insani Press.

Thariqul Izzah. Anshori, Endang Syaefudin. 1991. Wawasan Islam. Jakarta : Rajawali Pers

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar